Selasa, 31 Mei 2011

Pidato Pancasila BJ Habibie, 1 Juni 2011

Yth. Presiden RI, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono
Yth. Presiden RI ke-5, Ibu Megawati Soekarnoputri
Yth. Wakil Presiden dan Para Mantan Wakil Presiden
Yth. Pimpinan MPR dan Lembaga Tinggi Negara lainnya
Bapak-bapak dan Ibu-ibu para anggota MPR yang saya hormati
Serta seluruh rakyat Indonesia yang saya cintai,

Assalamu ‘alaikum wr wb, salam sejahtera untuk kita semua.

Hari ini tanggal 1 Juni 2011, enam puluh enam tahun lalu, tepatnya 1 Juni 1945, di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Bung Karno menyampaikan pandangannya tentang fondasi dasar Indonesia Merdeka yang beliau sebut dengan istilah Pancasila sebagai philosofische grondslag (dasar filosofis) atau sebagai weltanschauung (pandangan hidup) bagi Indonesia Merdeka.

Kamis, 19 Mei 2011

Dapat Apa dari Universitas?

Hidayatul Mabrur
Awal
Secara jujur, judul tulisan ini saya temukan dari judul sebuah buku yang saya juga entah (tidak menegerti) siapa pemiliknya, yang jelas buku ini sebenarnya sudah lama berada di rak buku kamar saya. Namun baru merasa tertarik untuk membacanya ketika sudah memasuki smester 8 saat menginjak bangku-bangku akhir pada perkuliahan. Entah karena saya baru merasa butuh atau mungkin frasa judul itulah yang membuat saya terusik akhir-akhir ini dan berpikir kembali untuk menjawab pertanyaan gila itu. Beberapa pekan saya sempat mendiskusi prihal ini kepada teman-teman yang seangkatan bengan saya, pertanyaan diatas saya lontarkan kepada mereka, anehnya mereka mengalami hal kebingungan yang serupa, bahkan lebih bingung dari saya. yang kemudian sampailah saya pada sebuah kesimpulan, ternyata saya benar-benar yakin bahwa universitas belum mampu memberikan kontribusi banyak terhadap keilmuan saya.

Tentang Perempuan

Oleh : Aufannuha Jazela Khanza/Hidayatul Mabrur
Dia yang diambil dari tulang rusuk. Jika Tuhan mempersatukan dua orang yang berlawanan sifatnya, maka itu akan saling melengkapi. Dialah penolongmu yang sepadan, bukan sparing partner yang sepadan. Ketika pertandingan dimulai, dia tidak akan berhadapan denganmu untuk melawan tetapi dia akan ada bersamamu untuk berjaga-jaga di belakang saat engkau berada di depan atau segera mengembalikan bola ketika bola itu terlewat olehmu; dialah yang akan melengkapi kekuranganmu.

Dia ada untuk melengkapi yang tidak ada dalam laki-laki: perasaan,
emosi, kelemahlembutan, keluwesan, keindahan, kecantikan, rahim untuk
melahirkan, mengurusi hal-hal sepele; hingga ketika laki-laki tidak
mengerti hal-hal itu, dialah yang akan menyelesaikan bagiannya sehingga
tanpa kau sadari, ketika kau menjalankan sisa hidupmu, kau akan menjadi
lebih kuat karena hadirnya di sisimu.

Jumat, 13 Mei 2011

Ketika Palu MK Menjadi Pahlawan Atas Kegelisahan BHP

Hidayatul Mabrur
Penantian panjang atas polemik Badan Hukum Pendidikan (BHP) akhirnya menemukan sebuah titik terang, perjuangan beberapa elemen mahasiswa untuk menggugat keberadaan UU BPH sejak tahun 2009 lalu seakan terjawab oleh ketukan palu MK pada rabu 31 maret 2010 pekan lalu. Walaupun demikian, ketukan palu itu tentunya masih menyisakan pembicaraan bagi beberapa kalangan, bagi segenap elemen mahasiswa yang menolak habis-habisan akan disahkannya UU BPH ini, tentunya akan menjadi angin segar serta membayar tumpahan keringat dan perjuangan mereka selama ini, namun bagi sebagian pelaksana institusi pendidikan tinggi negeri khususnya, ketukan palu itu masih menyisakan “kerutan dahi”, lantaran sejak jauh-jauh hari sebelumnya, mereka telah berkemas-kemas menyambut kehadiran BHP, dan hal ini tentunya telah menguras bantak dana dan pikiran.

Mempertegas Tujuan Pendidikan Islam di Era Pragmatisme

Hidayatul Mabrur
Sepekan yang lalu, sepulang saya dari mengantar saudara saya ke setasiun tugu yang waktu itu hendak pulang ke Jakarta setelah beberapa hari menimati liburan dikota ini. Diperjalanan pulang, saya mampir ke salah satu warung soto betawi di jalan wahid hasyim, Depok, Condong-Catur, Sleman, Yogakarta. Sederhana memang warung ini, tapi entah mengapa pengunjungnya rata-rata orang-orang bermobil, dan hampir setiap pagi sederetan mobil berjejer disepanjang jalan sekitar warung, tak jarang akibat dari itu, radiasi 50-100 meter dari warung soto inipun macet, hingga sempat menggagu pengguna jalan. Inilah yang mendorong saya merasa benar-benar penasaran untuk mampir dan sesekali mencicipi rasa soto betawi diwarung soto yang digemari orang-orang bermobil ini.

Cinta Itu*.. .

Hidayatul Mabrur
(Sebuah Catatan dari Ruang Kuliah)

Ketika saya mengikuti sebuah perkuliahan dengan mata kuliah yang berkaitan tentang intraksi sosial, yang memang ketika itu sedang berdiskusi tentang daya tarik interpersonal manusia, atau lebih spesifiknya lagi sebut aja cinta. Singkat cerita, setelah pemakalah memeparkan panjang tenteng isi makalahnya, tibalah sesi tanya jawab, nah, ketika itu ada sebuah pertanyaan konyol yang menyeletup dari salah seorang mahasiswa, ia bertanya kepada pemakalah yang beranggotakan 3 orang itu, yang intinya seperti ini, “cinta itu harus diungkapkan pa ga’ sieh?”. Beberapa saat setelah pemakalah pertama mananggapinya, kemudian pemakalah kedua menanggapi juga dengan suara lantang n Pd, dia menjawab kalo’ cinta itu harus bin kudu diungkapkan, dengan argument kalo ga’, hal itu akan berdampak negatif pada psikis seseorang yang sedang kejatohan cinta atau bahasa trandnya yang sedang faling in love (sebutlah demikian).


Islam Bertutur Tentang Profesional

Hidayatul Mabrur
Sebagai Muslim, tentunya kita sepakat untuk menyatakan bahwa Islam adalah agama yang syamil dan kamil, Syamil artinya menyeluruh sedangkan kamil berarti sempurna. Ini mengidentifikasikan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan seluruh sendi-sendi kehidupan manusia, mulai dari perkara duniawi hingga persiapan kita untuk mempertanggungjawabkan seluruh perbuatan duniawi diakhirat nanti. Dalam kehidupan didunia, kita (muslim) dituntut untuk mengemban amanah sebagaia khalifah, Hal itu tak lain bertujuan untuk menjaga kelestarian agar roda kehidupan dimuka ini dapat berjalan dengan baik dan seimbang (balance), sebagaiamana yang sering kita simak dalam surat al-Baqarah ayat 30.

Menawarkan Eksotisme Pariwisata Ibu Pertiwi Dengan Sentuhan Bahasa Arab, Kenapa Tidak?

Oleh : Hidayatul Mabrur

Berwisata merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan dari hajat kebutuhan manusia, walau hanya menempati sebagai kebutuhan sekunder (haajiyyah takmiliyah), namun kebutuhan ini memiliki daya interest tersendiri sebagai sarana manusia untuk melabuhkan kejenuhannya dalam menjalani kehidupan. Di Jepang, orang yang melancong keluar negeri berjumlah 13.300.000 orang pertahun, itu artinya 1 dari 10 orang orang jepang sudah pernah melakukan perjalanan luar negeri. Sekali mereka melakukan perjalanan wisata rata-rata menghabiskan uang sebesar 271.000 yen per orang dan membelanjakan uang rata-rata 55,000 yen per orang . Sejak tahun 1980-an, orang Amerika telah mengeluarkan biaya lebih dari $ 200 juta per tahun untuk berekreasi. Tendensi ini cukuplah kiranya untuk mengatakan bahwa kegiatan berwisata adalah aspek yang semakin diminati dan menjadi kebutuhan manusia dewasa ini.

Indonesia adalah setapak tanah syurga yang jatuh ke bumi, membentang dari sabang sampai marauke, dari Miangas hingga pulau Rote. Berjajar indah menghias cakrawala hingga berjuluk zamrud khatulistiwa. Indah dan kaya alamnya, subur tanahnya, dan begitu banyak kandungan berharga dikerak buminya . Kekayaan alam yang terkandung di bumi Indonesia menjadi modal paling utama rakyat untuk mengais rizki di dalamnya. Dengan segenap potensi alam dan kekayaan budaya yang ia miliki, cukup menjadikan alasan bagi grup band Koes Plus untuk mengatakan “Indonesia sebagai tanah syurga”. Maka tak heran jika sejarah pahit telah membuktikan pada pra kemerdekaan dahulu, bahwa sejumlah negeri seberang terpesona untuk ikut serta mengais harta di bumi Nusantara. Portugis, Inggris, Belanda, dan Jepang berturut-turut mengusung kekayaan Indonesia demi menambal kekurangan negara mereka.
 
Dari sisi keragaman budaya (Tanawwu’u Tsaqofah), Negara yang terdiri dari 33 provinsi ini mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Mulai dari dialek bahasa, sastra, tari, musik, lagu-lagu daerah hingga keragaman etnik, suku, ras dan agama yang semua berjalan dengan seimbang dan berdampingan. Didasari pula dengan jumlah kelompok sukubangsa kurang lebih 700-an suku bangsa di seluruh nusantara, dengan berbagai tipologi kelompok masyarakat yang beragam, serta keragaman agamanya, masyarakat Indonesia dinilai mampu mempertahankan kemajemukan masyarakatnya yang dibungkus dengan nilai-nilai demokrasi, mengemban falsafah “ke-bhenikaan” dan muatan multikultural. itu semua semakin membuat dunia terkagum atas keberagaman yang mampu berjalan selaras di Negara mayoritas muslim ini.

Namun sayangnya, mengapa dengan segenap kekayaan potensi tersebut kita belum mampu mengantarkan Indonesia sebagai negara yang menjadi salah satu tujuan favorit pariwisata?, kalimat “mujarab” seperti Visit Indonesia 2010, Indonesia Wonderful 2011 yang sering dikampanyekan oleh pemerintah seutuhnya belum mampu memberikan kepercayaan kepada wisatawan asing untuk menjadikan Indonesia sebagai tujuan favorit berwisata. Indonesia masih jauh tertinggal dengan negara-negara tetangganya seperti Singapura, Malaysia, Brunei, Thailand dan lainnya. Singapura saja misalnya, yang secara geografis jauh lebih sempit dibandingkan Indonesia, jumlah wisatawan asingnya (Singapura) sudah mencapai jumlah 11,6 juta orang pada tahun 2010. 

Malaysia negara yang secara geografis hanya menempati sebagian kecil dari pulau Indonesia (Kalimantan) namun jumlah wisatawannya sudah mencapai 24 juta orang pada tahun 2009 . Sedangkan Indonesia pada baru hanya menargetkan 7 juta wisatawan asing pada tahun 2011 ini. Mirisnya lagi, warga Indonesia menjadi penyumbang wisatawan nomor 1 terbanyak yang mengunjungi Negara Singapura, mengalahkan China, Australia, Malaysia dan India. Begitupula di Malaysia, warga Indonesia juga ternyata masih menjadi penyumbang utama kedua untuk berkunjung wisata ke Malaysia pada tahun 2010 lalu.

Ini menunjukkan bahwa wisatawan lokal belum menaruh kepercayaan seutuhnya kepada bangsa yang dijuluki “tanah syurga” ini. apalagi wisatwan asing.! Maka paling tidak, secara internal kita harus banyak berbenah, memperbaiki berbagai aspek penunjang per-pariwisata-an disegala lini, baik secara infrastrutur maupun upaya pencitraan. Menurut penulis banyak aspek yang tentunya harus terus dievaluasi jika kita mendambakan negri ini menjadi negri incaran turis sebagai tempat berwisata. Salah satunya adalah model pelayaan informasi berbasis multi bahasa. Berangkat dari kegelisahan ini, penulis merasa terpanggil untuk mencoba menwarkan konsep sederhana. Sebagai salah satu peluang yang penulis coba tawarkan dalam essay ini adalah dengan menjadikan bahasa arab sebagai bahasa layanan khususnya bagi wisatawan mancanegara yang berasal dari negara-negara Timur. Pertanyaan kemudian adalah, mengapa harus negara-negara Timur dan berbahasa Arab?. Mari bersama-sama kita analisa.

Peluang :
 
1. Selama ini, Indonesia masih menempati jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Data terakhir menunjukkan Indonesia memiliki 182,570,000 penduduk muslim atau sekitar 88% dari seluruh penduduknya yang berjumlah 237 juta orang (Badan Pusat Statistik ; 2010). Dengan landasan ini, tentunya memberikan kesan tersendiri terhadap calon wisatawan, tentang dinamika ke-Islaman yang berkembang di Indonesia hingga mengapa bisa menjadi jumlah pemeluk Muslim terbanyak di jagad raya ini?. Ini merupakan modal utama yang sebenarnya sudah kita miliki jauh-jauh hari.

2. Proses penyebaran Islam yang dilakukan di Indonesia pada awal ke-7 atau 14 Masehi menurut penulis sangatlah “unik”. Khususnya yang dilakukan para pendakwah seperti Wali Songo pada saat itu yang mencoba menerapkan metode perpaduan antara agama dan budaya seperti adanya budaya wayangan, tahlilan, skatenan dan lain sebagainya. Bagi penulis, hal ini memiliki nilai jual (qimah) tersendiri, dan tentunya menjadi minat yang tinggi untuk diketahui khalayak publik, apalagi bagi warga nagara-negara timur yang notabene mayoritas beragama Islam. Menurut data yang penulis temukan sebagian besar orang yang tinggal di Timur Tengah dan Afrika Utara. Menggunakan bahasa arab sebagai bahasa resmi dengan jumlah kurang-lebih 25 negara.

3. Di Indonesia, saat ini masih banyak sekali bukti-bukti nyata tentang peningagalan-peninggalan keagamaan, seperti masjid-masjid, candi, makam dan segenap peniggalan-peniggalan warian lainnya yang semua itu menurut penulis belum terpublikasi dengan baik. Akses informasinya-pun masih sangat terbatas dan begitu men-general. Entahlah, Pemerintah lebih merasa nyaman dan percaya diri untuk menggunakan layanan informasi berbahasa Inggris, seperti slogan “Visit Indonesia 2010”, “Wonderful Indonesia 2011” dan lain sebagainya. Ini bukan berarti penulis anti atau sentimen terhadap bahasa Inggris. Namun kita jangan salah kaprah, bahwa sebenarnya kita jauh lebih berpotensi untuk menawarkan wisata khasanah keagamaan, yang itu jauh lebih prospek melihat kondisi dan serangkain peniggalan sejarah di Negara kita ini. 

4. Belum adanya di Negara mayoritas penduduknya muslim manapun yang berhasil menerapkan konsep perpaduan antara keberagaman agama dengan sistem demokrasi. Maka penulis yakin, ini bisa dijadikan contoh model kehidupan bernegara yang menjunjung nilai-nilai toleransi (tasamuh). Kondisi seperti ini sangat langkah ditemukan di Negara-negara timur yang kebanyakan justru menggunakan bentuk kerajaannya/monarki sebagai sistem negaranya. Seperti Arab Saudi, Yaman, Yordania dan lain sebagainya. 

Solusi 
Ada beberapa agenda penting yang sekaligus penulis berharap semoga bisa menjadi solusi dalam tulisan ini. Pertama, dengan mengandalkan beberapa aspek kekayaan alam dan dilatarbelakangi berbagai faktor seperti penulis paparkan diatas, sudah saatnya pariwisata Indonesia terbuka untuk menyajikan layanan wisata religius seperti apa yang telah dilakukan mesir dengan Pyramidnya. India dengan Tajmahalnya, Italia (Roma) dengan vatikannya. 

Kemudian yang kedua, dengan disain bahasa Arab sebagai bahasa layanan informasi. Bahasa arab dengan penutur lebih dari 280 juta orang dan 25 negara yang menjadikannya sebagai bahasa resmi dimasing-masing Negara Timur, seitdaknya ini peluang besar yang harus kita eksekusi. Maka dari itu, beberapa hal konkrit juga yang menurut hemat penulis harus segera kita mulai seperti :
1. Pembuatan Web formal pariwisata Indonesia dengan berbahasa arab, ini bisa digagas pemerintah melalui MenBudPar RI dengan menyajikan layanan informasi dan desain web yang menarik tentunya menggunakan bahasa Arab formal sebagai bahasa pengantar. Tentunya tidak hanya menggunakan layanan translit, tapi model web ini desain formatnya lebih disesuaikan dengan format-format ketimuran. upaya ini sangat potensial, kerena internet sebagai sumber informasi bukanlah lagi sebagai layanan yang asing bagi kebanyakan orang dewasa ini.

2. Pembuatan vidio kampanye pariwisata Indonesia yang meliputi destinasi wisata alam, budaya, sejarah dan religius. Dengan menggunakan bahasa pengantar bahasa Arab, ini juga merupakan peluang baik yang perlu dikemas dengan rapi.

3. Buku panduan pariwisata berbahasa arab, yang meliputi didalamnya serangkaian paket pariwisata religius yang memukau. Ini bisa disosialisasikan dan dilaksanakan oleh biro-biro pelayanan pariwisata yang tentunya terus dikontrol perkembangannya oleh pemerintah.

4. Membuat slogan pariwisata berbahasa arab, kata “Visit Indonesia”, “Wonderful Indonesia” mari mulai kita terjemahkan kedalam bahasa Arab. Atau mencoba menyajikan selogan baru dengan model bahasa yang lebih komnikatif dan persuasif. Upaya ini tampaknya remeh, tapi secara emosional, sebenarnya kata-kata ini adalah “megical word”, yang akan berimbas besar serta menunjukkan keseriusan dan antusias kita dalam menyajikan layanan wisata. 

5. Hendaknya pemerintah melalui MenBudPar RI terus berbenah, menambal segala lini yang masih perlu ditambal, mendesain program ini secara serius dan kotinyu. Melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam upaya realisasi program dalam jangaka dekat. 

Terakhir, sekiranya wacana ini bisa kita implementasikan dengan baik, paling tidak masyarakat kita bisa sedikit tersenyum. Walau hidup dalam keadaaan perut yang lapar, tetapi setidaknya negrinya masih ramai dikunjunigi oleh orang lain. Ingat, Itu kepuasan yang tak terbayar Pak.! Yuk, ramai-ramai kita tawarkan eksotisme pariwisata Ibu Pertiwi dengan sentuhan bahasa Arab. Wallohu A’alam.