Kamis, 07 Januari 2010

Heboh, Ada Gurita di Cikeas, !


Prolog
Ada bingkisan kecut sebagai kado akhir tahun buat orang nomor satu ditanah air pada penghujung tahun 2009 ini, dinasti cikeas diguncang oleh sebuah buku tipis namun fonomenal yang berjudul “Gurita Cikeas, Membongkar Gurita Cikeas di Balik Skandal Bank Century karya George Junus Aditjondro. Padahal ukurannya hanya 15X23 centimeter dan berkapaitas sebanyak 183 halaman. Heboh memang orang satu ini, walaupun tercatat bukan sebagai penulis berumur jagung, namun dengan karya Gurita cikeasnya ini, namanya tiba-tiba kembali membahana secara instan dan mampu menyedot perhatian publik secara habis-habisan, segenap media cetak maupun elektronik tak mau kalah sibuknya, bahkan  pada tanggal 28 desember lalu, TV One memboking seharian penuh penulis buku ini tepatnya sebagai narasumber tunggal di setiap segmen tayangan, di mesin Google saja, sudah sekitar 173,000 hasil telusur untuk buku gurita cikeas. Padahal baru beberapa pekan paska penerbitannya. Waw, Sungguh sebuah fakta yang fantastik.!

Sebuah Catatan Buat Gus Dur


Astaga, Gus Dur Jadi Presiden


Pernahkan anda membayangkan, jika sebuah bangsa besar dipimpin oleh seseorang yang memiliki beberapa sudut keterbatasan, namun mampu menjalankan roda kepemerintahan walaupun kondisi bangsa tersebut tengah dirundung malapetaka? Jika anda pernah berfikir seperti itu, maka bangsa kita benar-benar telah membuktikan akan hal itu semua. Oktober 1999, adalah moment yang tampaknya tak bisa dilupakan begitusaja oleh bangsa kita, lantaran Indonesia telah terlanjur memilih sesosok revolusioner baru, datang dengan penuh warna keistimewaan dan dilengkapi dengan segenap keterbatasannya. Dialah Abdurrahman Wahid atau yang lebih sering kita sapa dengan sebutan Gus Dur, pada hari Rabu 12 Oktober 2008 ia benar-benar telah menorehkan sejarah baru bagi bangsa, ketika rivalnya Megawati Sukarno putri terpaksa harus mengakui kredibilitas Gus Dur dimata sebagian wakil rakyat dalam hitungan perolehan suara 60 suara lebih banyak, yang pada kenyataan angka statistik inilah sekaligus mengantarkannya untuk duduk dikursi presiden keempat dari sejarah keperintahan republik Indonesia. 
Dua hari kemudian, sampul depan majalah The Economist memuat potretnya disampul judul dengan huruf tebal warna kuning berbunyi; “Astaga, Gus Dur yang terpilih: presiden baru Indonesia yang mengejutkan.”[1]