Sejak tahun 2006, Metro tivi memiliki salah satu acara favorit yang pada akhir-akhir ini sering dibicarakan oleh publik dan sempat menduduki rating tertinggi dalam tingkatan acara televisi terfavorit di Indonesia, Kick Andy nama acara itu, acara tersebut dikemas secara rapi oleh seorang moderator yang berambut kribo bernama lengkap Andy F. Noya, seorang jurnalis kondang yang dinilai cukup berhasil dalam membawakan acara ini. Dalam situs/web resmi Kick Andy yang baru dirilis pada tahun 2008 ini, sering sekali bermunculan komen-komen nyeleneh dari para pengunjung web tersebut, namun tema-tema yang dibicarakanpun cukup menarik pula, aktual dan kontekstual sesuai dengan perkembangan isu di Negri ini. Salah satu tema yang pernah dibicarakan adalah mengenai dunia sinetron di Indonesia.
Dari sekian banyak komen yang mengomentari tema hangat tersebut, Penulis menemukan salah satu komen yang penulis anggap perlu untuk mencatumkannya dalam artikel ini, komen itu berbunyi seperti ini, “Sinetron di indonesia dibuat oleh para sutradara yang mempunyai kualitas rendahan jangan mikirin diri sendiri dong,! pikirin tuh berapa banyak anak yang terkena negatif dari sinetron anda… fuck para sutradara pembuat sinetron,anjing semua..” By: Bergedel Goreng
Hah,! Entah siapa yang menulis komen dahsyat tersebut? hingga menyamtumkan nama seekor binatang yang seharusnya kurang layak untuk diekspose dalam khalayak publik, apalagi web tersebut sudah dikunjungi oleh ribuan tamu, bahkan www.kickandy.com bukanlah situs yang asing bagi rakyat akdemisi di dunia maya. Tapi yang jelas, penulis menilai hal ini wajar-wajar saja, bahkan mengapresiasi atas tulisan tersebut. Lantaran penulis rasa, inilah bentuk ekspresi atas kekecewaan besar dari sebagian masyarakat Indonesia yang mulai merasa risih akan kehadiran dunia persinetronan yang dinilai semakin menjijikkan.
Sejak hadirnya sinetron di layar kaca pertelevisian Indonesia sekitar tahun 2000an, main set remaja di Indonesiapun seakan-akan dicekoki dengan adegan-adgan sinetronitas, padahal isi dari sinetron-sinetron itu sudah begitu menyimpang dan sangat mengkhuwatirkan keberadaannya, jauh dari identitas jati diri bangsa, kering akan nilai-nilai (value) khasanah, yang ada adalah ada hanyalah kemewahan, kesenangan, dan budaya-budaya hedonisme yang malah mendominasi disetiap tayangan tersebut. Tak jarang pula yang menjadi aktor/aktris menggunakan seragam sekolah, ironisnya lagi, adengan pegang-pegang tangan, ciuman dan berpelukan dilakukan secara leluasa dengan latar penyuntingannya di sekolah-sekolah aktif yang sedang melakukan proses pembelajaran. Sungguh sebuah fakta yang menyedihkan.!
Kini, dengan mudah kitapun dapat menyaksikan secara langsung, betapa besarnya pengaruh karya tontonan yang bernama sinetron itu terhadap kaum remaja yang masih dalam usia-usia produktif. Berbagai perubahanpun mulai terasa, mulai dari sikap (attitude), pola hidup (life style), dan kesenjangan-kesenjangan lainnya dan semakin mengrogoti eksistensi akhlaq masa depan remaja Indonesia. kemudian pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana mungkin nilai-nilai pendidikan yang dajarkan di sekolah-sekolah akan bisa survive dan tertanam dalam kehidupan sehari-hari jika media utama yang paling berdampak pada perubahan sosial seperi televisi selalu menghidangkan sinetron yang tak mengandung unsur pendidikan.
Singkat kata, tak ada lagi yang dapat kita lakukan, selain bangkit dan melakukan perubahan,! Yah, walaupun Komisi Pengawasan Penyiaran Indonesia (KPPI) sudah terlanjur dianggap mandul oleh masyarakat, paling tidak perlakuan riil yang kini dapat kita lakukan adalah dengan melakukan pemotongan generasi. Artinya, melakukan pembimbingan kepada generasi-generasi baru khususnya dalam pengawasan menonton televisi, agar tidak menjadi sasaran selanjutnya dari kekejaman tontonan yang bernama sinetron itu,! Hal ini dapat kita mulai dari lingkup sosial terkecil seperti keluarga dan lembaga-lembaga pendidikan formal maupun non formal untuk memulai mengasah kepekaan dan mengkampanyekan secara terang-terangan akan isu Anti Sinetron kepada segenap peserta didiknya. Sebelum calon tunas-tunas bangsa itupun turut tergrogoti di dunia yang semakin menakutkan ini.!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar